Opini : Jinto L Gaol

Perjalanan Karier Abdul Wahid, Yang Tergelincir di Jalan Hitam Berbatu

Perjalanan Karier Abdul Wahid, Yang Tergelincir di Jalan Hitam Berbatu

Nama Abdul Wahid pernah menjadi simbol kebangkitan pemimpin muda dari tanah Riau. Ia dikenal cerdas, komunikatif, dan punya jaringan luas di dunia politik nasional.

Kariernya menanjak cepat, dari politisi daerah, anggota DPR RI, hingga akhirnya menjabat Gubernur Riau.

Namun, perjalanan panjang itu mendadak terhenti setelah dirinya diamankan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan (OTT) awal November 2025.

Politisi PKB ini, lahir dan besar di Riau, tumbuh dalam lingkungan yang lekat dengan kehidupan masyarakat pesisir dan perdesaan.

Sejak muda, ia dikenal aktif dalam organisasi kemasyarakatan dan politik. Ia terjun ke dunia politik melalui partai berbasis Islam yang kuat di Riau.

Karakter Wahid yang lugas dan pandai berkomunikasi membuatnya cepat dikenal di tingkat lokal.

Ia sering tampil dalam forum publik, bicara soal pemerataan pembangunan dan keadilan sosial bagi masyarakat daerah.

Karier politik Abdul Wahid mencapai titik penting ketika ia terpilih menjadi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Riau pada periode 2019-2024.

Di Senayan, ia duduk di salah satu komisi yang membidangi pemerintahan dan pembangunan daerah.

Wahid dikenal aktif berbicara dalam rapat-rapat komisi, terutama terkait isu otonomi daerah dan pengelolaan sumber daya alam Riau yang selama ini dianggap belum berpihak kepada masyarakat.

Sikapnya yang berani dan tegas membuat namanya semakin populer di Riau.

Ia kerap menjadi penghubung antara aspirasi masyarakat daerah dan pemerintah pusat.

Di masa itu, Wahid mulai dianggap sebagai figur muda potensial untuk memimpin provinsi Riau di masa depan.

Dukungan politik dan elektoral yang kuat mendorong Abdul Wahid maju dalam Pemilihan Gubernur Riau tahun 2024.
Ia tampil sebagai sosok yang mewakili harapan baru-muda, religius, dan berpengalaman di parlemen nasional.

Hasilnya, Wahid berhasil memenangkan pemilihan dan resmi dilantik sebagai Gubernur Riau.

Di awal masa jabatannya, ia menampilkan gaya kepemimpinan populis-rajin turun ke daerah, berdialog dengan warga, dan menyoroti isu korupsi serta transparansi anggaran.

Namun, seperti banyak pemimpin muda yang cepat naik, tantangan datang dari dalam lingkar kekuasaan.

Beberapa kebijakan proyek infrastruktur strategis dan pengelolaan dana bantuan daerah mulai menuai sorotan. Kabar tentang praktik gratifikasi dan tekanan terhadap pejabat bawahannya mulai terdengar.

Senin malam, 3 November 2025, menjadi malam kelam baginya.

Tim KPK menggelar operasi tangkap tangan di Pekanbaru dan beberapa lokasi lain.

Dari operasi itu, sembilan orang diamankan-termasuk Gubernur Riau Abdul Wahid.

KPK menduga adanya praktik pemerasan terhadap pejabat daerah dan pengusaha terkait proses perizinan dan pengelolaan anggaran proyek.

Sejumlah sumber menyebut, praktik itu dilakukan dengan pola tekanan kekuasaan yang "terorganisir".

Uang dalam jumlah besar diduga mengalir ke sejumlah pihak di lingkungan dekat gubernur.

Keesokan harinya, publik dikejutkan dengan konvoi mobil KPK yang membawa Wahid menuju Gedung Merah Putih.
Sosok yang dulu dielu-elukan sebagai pemimpin rakyat, kini muncul dengan kepala tertunduk di hadapan kamera.

Bagi sebagian warga Riau, kejatuhan Abdul Wahid menjadi pelajaran berharga.
Ia pernah dianggap sebagai wajah baru politik Riau-muda, bersih, dan idealis. Namun, perjalanan kekuasaan menguji integritas setiap pemimpin, dan ujian itu tak berhasil ia lewati.

Kini, karier cemerlangnya berhenti di ruang pemeriksaan KPK.

Dari kursi parlemen nasional hingga kursi gubernur, perjalanan Abdul Wahid menjadi pengingat: bahwa kekuasaan tanpa pengendalian nurani hanya akan membawa pada kehancuran.

Di balik jeruji lembaga antikorupsi, mungkin Abdul Wahid tengah merenungi jalan panjang yang telah dilaluinya.
Ia pernah menjadi wakil rakyat yang dipercaya, pemimpin daerah yang diharapkan, dan akhirnya tersandung oleh kekuasaan yang ia perjuangkan sendiri.

Sejarah akan mencatatnya-bukan hanya sebagai Gubernur Riau yang ditangkap KPK, tetapi juga sebagai cermin betapa rapuhnya batas antara niat baik dan penyalahgunaan kuasa.***

#Hukum

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index