Pekanbaru (Sangkala.id)-Empat belas Oktober 2025 menjadi momentum istimewa bagi Dr. H. Muliardi, M.Pd. Genap setahun ia menakhodai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau. Dalam kurun waktu yang singkat itu, sosok sederhana asal Pulau Terap, Kuok, menjelma menjadi inspirasi tentang arti kerja keras, ketulusan, dan pengabdian tanpa batas.
"Semua ini adalah skenario Allah SWT. Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya," ucapnya pelan, penuh makna.
Perjalanan kariernya dimulai dari ruang kelas sebagai guru Bahasa Inggris di MAN 2 Model Pekanbaru. Sejak awal, ia menanamkan keyakinan bahwa madrasah bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi wadah melahirkan generasi unggul dan berdaya saing global. Prinsip itulah yang ia bawa hingga kini, ketika ia duduk di kursi tertinggi Kemenag Riau.

Satu tahun kepemimpinan Muliardi bukan sekadar hitungan kalender. Ia menjadikannya tahun kerja nyata, sejalan dengan semangat Asta Protas Kemenag Berdampak.
Di bidang pendidikan madrasah, Riau mencatat lompatan besar.
Tahun 2024–2025, anggaran Rp167 miliar digelontorkan untuk pembangunan 11 ruang kelas baru (RKB) melalui program SBSN, rehabilitasi berat 96 madrasah lewat MEQR, serta pengembangan Program Hasil Terbaik Cepat (HPTC) yang kini telah melahirkan lima madrasah unggul—dan akan diperluas menjadi 57 titik madrasah tahun depan.
Prestasi siswa pun melejit. Pada OSN 2025, madrasah Riau meraih piala terbanyak di Sumatera dengan lima medali emas, perak, dan perunggu, serta ratusan penghargaan nasional dan internasional.
"Madrasah Riau kini tak hanya bersaing, tapi juga menjadi inspirasi nasional," ujarnya bangga.
Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Papkis) menorehkan 12 kejuaraan di ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat nasional dan internasional di Wajo, Sulawesi Selatan — simbol kokohnya semangat mencetak insan berilmu, berakhlak, dan berkeadaban.
Bidang Penerangan Agama Islam (Penaiszawa) juga gemilang.
Riau meraih Juara II MHQ Internasional lewat Bayu Wibisono Damanik, menjadi terbaik nasional dalam pengumpulan wakaf ASN se-Indonesia, serta aktif menggerakkan Program Kampung Zakat.
Sementara itu, di bidang Urais, Kemenag Riau mengusung semangat “Dari Masjid untuk Masyarakat”, hingga berhasil meraih Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (AMPERA) — wujud nyata masjid yang tidak hanya indah, tetapi juga inklusif dan memberdayakan.
Tak hanya di lapangan, reformasi birokrasi juga digenjot.
Pagu anggaran sarana-prasarana naik 86% dalam dua tahun, laporan keuangan kembali menyandang Predikat WTP, dan 400 pegawai P3K telah berhasil didistribusikan.
Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) Riau pun melonjak tajam — dari posisi 16 kini menjadi peringkat kedua se-Indonesia. Semua itu hasil dari penerapan prinsip “One Year, One Kanwil, One WBK”, serta komitmen digitalisasi tata kelola.
Bagian Humas pun ikut bersinar dengan Humas Award 2024 sebagai Pengelola Website Terbaik Nasional. “Transparansi adalah kunci kepercayaan publik,” kata Muliardi menegaskan.
Bagi Muliardi, keberhasilan bukan hanya tentang angka, tetapi juga suasana.
Ia mendorong terciptanya lingkungan kerja yang nyaman, bersih, dan penuh semangat kekeluargaan.
"Buat kantor ini seperti rumah kedua — tempat kita mengabdi dengan bahagia," pesannya yang kini jadi semboyan di setiap sudut Kanwil Kemenag Riau.
Memasuki tahun kedua, Muliardi telah menyiapkan langkah besar: menyelesaikan pembangunan Masjid Amal Ikhlas sebagai pusat kegiatan keagamaan, zakat, dan pengajian.
Dari seorang anak petani dan mantan pemandu wisata di Karimun, kini ia menjadi "pemandu" perjalanan spiritual dan kelembagaan Kemenag Riau menuju arah yang lebih bermartabat.
Satu tahun kepemimpinan Dr. H. Muliardi, M.Pd. bukan sekadar rangkaian prestasi, melainkan kisah tentang iman, kerja keras, dan keberkahan pengabdian.
Di tangannya, Kemenag Riau bukan hanya tumbuh dalam angka, tapi hidup dalam makna — sejalan dengan semangat "Kemenag Berdampak, Umat Bermartabat."***