Menag Nasaruddin Umar Kenang Persahabatan dengan Paus Fransiskus di Vatikan

Menag Nasaruddin Umar Kenang Persahabatan dengan Paus Fransiskus di Vatikan

Vatikan (Sangkala.id)-Suasana hening menyelimuti Aula Komunitas Sant’ Egidio di Vatikan, Roma, Senin (27/10/2025) waktu setempat. Para tokoh lintas agama dunia terdiam ketika Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menghentikan sejenak pidatonya.

Suaranya bergetar, matanya menatap layar besar di belakang panggung-menampilkan dua foto bersejarah: momen ketika Imam Besar Masjid Istiqlal itu mencium kening Paus Fransiskus, dan Paus membalas dengan mencium tangannya.

"Maaf, saya sangat emosional saat ini,"  ucapnya lirih.

Tepuk tangan panjang pun menggema di ruang itu, menyelimuti suasana yang penuh haru.

Menag menjadi salah satu pembicara pada Forum Internasional untuk Perdamaian: Daring Peace, yang digelar Komunitas Sant’ Egidio. Forum bergengsi ini dihadiri Grand Syekh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al Tayeb, para Kardinal, Uskup, Pastor, dan tokoh lintas agama dari lebih 50 negara.

Nasaruddin mengenang sosok Paus Fransiskus bukan hanya sebagai pemimpin umat Katolik, tetapi juga sahabat spiritual yang menanamkan kasih dan persaudaraan lintas iman.

"Ketika saya mendengar kabar duka dari Vatikan, saya merasa tak percaya. Semua kenangan itu hadir kembali di benak saya,"  ujarnya.

Menag mengaku menerima kabar wafatnya Paus beberapa jam setelah mendapat undangan berbicara di forum tersebut. Ia semula berharap dapat kembali bertemu sang Paus di Vatikan pada Oktober ini.

"Bagi saya, beliau adalah pribadi yang tulus dan penuh kasih. Jabat tangannya tidak sekadar gestur, tapi pengalaman spiritual tentang persaudaraan manusia,"  tutur Nasaruddin.

Ia juga mengenang percakapan mereka yang sederhana namun mendalam. Paus Fransiskus kala itu menyinggung Ensiklik Fratelli Tutti, yang menegaskan panggilan universal untuk menjadi saudara bagi semua manusia.

"Saya menjawab dengan prinsip Islam tentang ukhuwah insaniyah-persaudaraan manusia. Kami tersenyum, sadar bahwa kitab suci kami mengajarkan pesan yang sama: kemanusiaan di atas segalanya,"  kenang Menag.

Kenangan lain yang mengalir adalah saat kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024. Hari itu, Jakarta berubah menjadi panggung harmoni dan persaudaraan. Paus Fransiskus disambut ribuan warga lintas agama yang menyambutnya dengan senyum dan doa.

Kunjungan itu berbuah manis: lahirnya Deklarasi Istiqlal, yang ditandatangani bersama Menag dan para pemimpin agama Indonesia. Dalam pesannya, Paus menulis, "Semoga rakyat Indonesia terus bertumbuh dalam iman, persaudaraan, dan kasih sayang. Tuhan memberkati Indonesia."

Menag mengatakan, Paus Fransiskus meninggalkan warisan moral dan spiritual yang mendalam: tentang kesederhanaan, kasih, dan kepedulian terhadap bumi. Ensiklik Laudato Si menjadi seruan universal untuk mencintai alam dan mengubah gaya hidup menuju keseimbangan.

"Paus Fransiskus mengajarkan kita tentang kesederhanaan yang bermakna,"  ujar Menag menutup sambutannya.

"Beliau adalah teladan kasih dan ketulusan yang menjembatani perbedaan, mengingatkan kita bahwa cinta adalah bahasa universal umat manusia."

Tepuk tangan panjang kembali menggema. Di Vatikan, di antara ratusan tokoh dunia, gema itu seakan menjadi doa bersama-untuk persahabatan lintas iman yang terus hidup di antara manusia.***

#Nasional

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index