Siak (Sangkala.id)-Bupati Siak Dr Afni Zulkifli terus memperjuangkan rakyatnya untuk keadilan terkait kasus PT SSL. Ia pun melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan yang disebut dapat mengambil keputusan. Pertemuan itu sendiri difasilitasi Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Riau Muller Tampubolon.
Pertemuan yang diharapkan dapat mencari solusi, justru terbalik. Perwakilan perusahaan malah merendahkan kehormatan bupati Siak dan tidak ada itikad baik untuk penyelesaian.
Bupati Siak yang didampingi Ketua Tim Fasilitasi Penyelesaian Konflik Terhadap Hak Hutan dan Hak Atas Tanah di Wilayah Kabupaten Siak, Anton Hidayat SH melihat pertemuan itu tidak beradab.

Petinggi perusahaan PT SSL, salah satu suplier kayu PT RAPP malah merendahkan martabat dan kehormatan bupati Siak.
Pertemuan itu awalnya diminta hanya empat mata. Tetapi, bupati Siak tidak mau dan harus ada saksi.
Bupati Afni malam meminta undur pertemuan karena akan tugas keluar kota. Namun, desakan ketua APHI Riau Muller Tampubolon untuk segera. Bupati pun menanggupinya, bahkan sampai pertemuan, Muller tidak memberitahu sama siapa akan dipertemukan.
"Pak Muller cuma bilang bahwa ini orang penting yang bisa ambil keputusan tentang SSL," ujar Anton pada media, Senin, 25 Agustus 2025.
Gelagat tidak baik sudah langsung ditunjukkan petinggi PT SSL yang kemudian diketahui bernama Paulina saat bupati dan Anton memasuki ruangan.
Dengan nada ketus, Paulina kata Anton meminta Bupati Siak tidak mendokumentasikan pertemuan tersebut. Semua harus tertutup saja.
"Tidak ada senyum sapa hangat sama sekali dari Paulina, padahal merekalah yang mengundang orang nomor satu Siak, tempat dimana bisnis mereka berada," terang Anton.
Tidak ada perkenalan, bahkan langsung mengatur-ngatur. Bupati awalnya masih diam saja, malah memberikan senyum.
Kemudian Bupati Afni minta agar perusahaan mempertimbangkan dan mencari jalan tengah perdamaian permanen di Tumang dan sekitarnya. Karena konflik sudah terlalu banyak memakan korban.
"Paulina mulai membentak Bupati soal nasib karyawan dan bisnis mereka," kata Anton.
Pertemuan tak sampai lima belas menit, tapi mulai memanas. Bahkan Paulina menyampaikan, dirinya sudah terbiasa menghadapi kepala daerah dan punya banyak teman Bupati dan kepala daerah.
Bupati Siak menyampaikan pertemuan dapat mencari solusi untuk penyelesaian konflik Tumang.
Bupati bahkan menawarkan untuk membujuk masyarakat agar mau bernegosiasi dengan perusahaan. Agar kuota pemanfaatan lahan PT SSL bisa bertambah sekitar 1-2 ribu ha, namun tanpa perlu berkonflik dan wajib berkeadilan untuk masyarakat sekitar.
Afni juga memohon restorative justice (RJ) untuk dua orang warga Tumang yang tidak berkaitan langsung dengan tindakan anarkis.
“Mendengar pernyataan Bupati, perwakilan PT. SSL dengan nada kasar dan menunjuk-nunjuk Bupati dengan kalimat "Ibu tau tidak traumanya karyawan kami", " Ibu tau tidak kerugian kami", kata Anton menirukan Paulina.
Mendapat perlakuan kasar seperti itu, Bupati Siak Afni lantas bertanya balik ke pihak SSL dengan nada tegas, ”Memangnya Ibu tau tidak penderitaan masyarakat Tumang semenjak perusahaan SSL ada di situ? Tumang itu kampung tua kami dan jadi rusak sejak perusahaan Ibu ada!!!," kata Anton menirukan pernyataan keras Bupati Siak.
Anton kemudian berusaha menghentikan pembicaraan dari pihak PT SSL agar tidak melanjutkan pembicaraan karena berkata kasar bahkan tidak menghargai Bupati.
Pihak PT SSL dengan nada kasar sambil memukul meja meninggalkan ruangan pertemuan sambil berkata, "Ya sudah tidak penting pertemuan ini," kata Paulina sembari meninggalkan ruang pertemuan.
Sikap Paulina membuat Bupati Siak Afni protes pada Mueller selaku inisiator pertemuan. 'Kok begini Pak? Terhina saya. Bertahun-tahun menyelesaikan konflik, baru sekali ini ada petinggi perusahaan searogan ini. Begitu ungkapan kekecewaan Ibu Bupati ke Pak Mueller. Saya juga kecewa dengan Pak Mueller kok jadi searogan ini petinggi PT SSL," ungkap Anton.***