Siak (Sangkala.id)-Hasil survei dosen FISIP Unri Dr Tito Handoko terkait Pilkada Siak 2024 menghebohkan. Sebab hasil survei menempatkan tingkat keterpilihan Afni-Syamsurizal 40,76 persen, Alfedri-Husni Merza 23,97 persen, Irving-Sugianto 16,87 persen dan belum menentukan pilihan 18,40 persen. Artinya Bupati Petahana diprediksi terjungkal oleh Srikandi Siak.
Hasil survei ini mendapat reaksi keras dari kalangan petahana Alfedri-Husni. Mereka tidak menerima hasil survei ini sehingga para pendukungnya menunjukkan reaksi berlebihan di media sosial.
Seiring dengan itu, muncul pula pernyataan resmi dari Dekan FISIP UNRI bahwa pihaknya tidak pernah melakukan survei terhadap calon kepala daerah manapun. Dalam pernyataan resmi tersebut, Unri juga meminta Dr Tito meminta maaf dan melakukan klarifikasi kepada publik.
Anggota DPRD Siak Sujarwo SM sangat menyayangkan sikap reaktif FISIP UNRI. Ia mengatakan, kampus seharusnya tidak perlu ikut politik praktis dan menghargai karya ilmiah. Setiap Dosen mempunyai hak untuk melakuan riset independen tanpa perlu mengantongi izin ke struktural Fakultas.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pada pasal 60 dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban antara lain melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
"Kita harus pahami dahulu bahwa riset ini dilaksanakan oleh siapa? Dr Tito sebagai Dosen atau FISIP UNRI? Kenapa saat Dr.Tito pernah mengeluarkan release bahwa Alfedri ungguli Afni, tidak ada pihak UNRI ataupun Petahana yang protes? Sekarang Afni yang disebut menang oleh orang yang sama (Dr.Tito), kenapa ribut?," ujar Sujarwo, Kamis (21/11/2024).
Nama Dr.Tito bukanlah figur baru di dunia penelitian politik Riau. Akademisi ini juga melakukan riset independen untuk mengetahui prediksi ilmiah hasil Pilkada di berbagai Kabupaten/Kota. Pada Juli 2024 lalu, Dr.Tito menyatakan bahwa pendatang baru Dr.Afni sangat sulit mengalahkan petahana Alfedri. Namun ketika disurvey ulang awal bulan November, terjadi anomali politik.
Dukungan masyarakat kepada Srikandi kelahiran Siak Dr.Afni yang diusung Partai Golkar, Nasdem, Demokrat dan Partai Umat jauh mengungguli petahana. Hal ini disebabkan karena banyak faktor, termasuk kuatnya figur Calon Bupati perempuan pertama itu diterima oleh masyarakat Siak. Serangan politik soal perempuan tak bisa memimpin yang dilancarkan pihak petahana, justru menguntungkan Dr.Afni yang juga seorang akademisi.
Sujarwo mengatakan, jika riset dilakukan oleh Dr Tito sebagai insan akademis, maka tidak ada hak UNRI untuk melakukan intimidasi atau intervensi terhadap hasil survey.
"Apalagi ini riset independen yang kebetulan dilakukan oleh Dosen UNRI, tentu tidak etis jika ada intervensi di kalangan akademisi. Semua orang nanti jadi berprasangka, apa jangan-jangan karena Rektor UNRI adalah kakak iparnya Pak Alfedri? Inikan jadi tidak baik ," kata Sujarwo.
Ia juga menyayangkan UNRI menggunakan kekuasaan strukturalnya untuk menekan Dr Tito dengan menuntut permintaan maaf kepada publik. Tekanan ini, kata Sujarwo melanggar hak peneliti dan ketentuan etik lembaga terhadap para peneliti.
"Apalagi kita tahu Dr Tito bukan anak kemarin sore dalam dunia riset, ia sudah belasan tahun berkecimpung di dunia riset, tentu menyandang reputasi yang baik yang tidak mungkin mengorbakan itu demi Pilkada sesaat ini," ujar Sujarwo.
Sujarwo meyakini hasil survei yang beredar lewat media massa sejak kemarin merupakan penelitian yang dilaksanakan Dr Tito secara independen. Tujuannya untuk meneropong dan mengetahui kondisi dan situasi Pilkada Siak yang terkesan adem ayem.
"Bagi peneliti semacam Dr Tito, tentu akan menarik melihat situasi politik di akar rumput terkait petahana yang dilawan dua kandidat penantang. Ternyata hasil risetnya menyebut petahana tumbang karena beragam faktor," katanya.
Menariknya, kata Sujarwo, sebelum pendaftaran kandidat di KPU, Dr Tito pernah speak up di media massa bahwa Alfedri-Husni sulit ditumbangkan. Seiring berjalannya waktu, momentum dan sentimen positif didapatkan Afni -Syamsurizal sehingga menyalip Alfedri -Husni.
"Dalam hal ini kita melihat independensi seorang Dr Tito yang berbasiskan hasil riset, bukan berbasiskan kepentingan politik praktis," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, hasil risetnya menunjukkan Afni-Syamsurizal tertinggi, otomatis petahana merasa tidak diuntungkan. Merasa tidak diuntungkan ini menimbulkan reaksi negatif dari kalangan petahana tersebut sehingga petahana memainkan relasi kekuasannya dengan pihak UNRI.
Sujarwo juga mengungkap Dr Tito tidak mempunyai singgungan apapun dengan Afni maupun Syamsurizal. Buktinya, kubu Afni -Syamsurizal pernah menolak Dr Tito sebagai panelis debat publik di KPU Siak.
"Tim kami menolak Tito sebagai salah satu panelis karena melihat komentar Tito di media massa menjelang pendaftaran ke KPU yang menguntungkan Alfedri terkait periodesasi. Jadi penolakan itu justru datang dari Afni-Syamsurizal. Dengan demikian apakah mungkin Dr Tito mempunyai kepentingan dengan Afni? tentu tidak," ujar Sujarwo.
Menurutnya Dr Tito telah melakukan pekerjaannya sebagai peneliti dengan baik, independen dan bebas dari kepentingan siapapun, kecuali untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
"Rektor UNRI juga tidak boleh intervensi dosen peneliti karena mempunyai hubungan kekelurgaan dengan petahana di Siak," katanya.
Sebelumnya diberitakan, survei yang dilakukan Dr Tito melibatkan 1.310 responden dengan MoE ±2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%, dilaksanakan melalui sample dari seluruh Kampung/Desa se Kabupaten Siak, dengan periode survey dilakukan 28 Oktober-10 November.
Hasilnya terjadi anomali politik, diprediksi petahana Alfedri-Husni akan tumbang oleh pasangan Afni-Syamsurizal.
Dr. Tito Handoko, M.Si, yang juga Koordinator Election Corner (EC) FISIP Unri mengatakan di Pilkada Siak 2024, petahana sulit mempertahankan kekuasaannya karena ada potensi munculnya anomali politik. Anomali ini terjadi ketika petahana tidak lagi mendapat dukungan kuat dari masyarakat.
"Dalam survey independen yang kami lakukan kami menemukan impresi positif justru diperoleh oleh paslon Afni-Syamsurizal, hal ini juga seiring dengan sentimen atau serangan pihak petahana soal isu gender yang justru memperkuat impresi positif pada Afni selaku Calon Bupati perempuan pertama di Siak," kata Dr.Tito.
Selain itu ia menemukan pergeseran suara yang signifikan pasca debat dan sepanjang tahapan kampanye Pilkada Siak 2024. Tingkat keterpilihan Afni-Syamsurizal berada pada posisi 40,76%; diikuti Alfedri – Husni Merza 23,97%; Irving – Sugianto 16,87% dan belum menentukan pilihan 18,40%.***