PHR-RSF Dorong Penerapan Agroforestri Berbasis Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Bersama KTH Siarang-arang

PHR-RSF Dorong Penerapan Agroforestri Berbasis Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Bersama KTH Siarang-arang

Rokan Hilir (Sangkala.id)-Rimba Satwa Foundation (RSF) sebagai mitra pelaksana PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan menggelar pelatihan penerapan agroforestri berbasis tata kelola perikanan berkelanjutan di Desa Siarang-arang, Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Pelatihan dilaksanakan secara hibryd, menggabungkan sesi daring dan luring di Aula Kantor Kepenghuluan Siarang Arang pada 20 Agustus 2024. Kegiatan yang didukung PHR melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini, bertujuan meningkatkan kapasitas Kelompok Tani Hutan (KTH) Siarang-arang tentang pengetahuan awal agroforestri, serta menggali ide-ide dan pandangan KTH terhadap sistem agroforestri yang rencananya akan dikembangkan sesuai dengan karakter area tersebut.

Pelatihan diikuti 25 peserta dari anggota KTH Siarang-arang. Selain itu acara juga dihadiri Sekretaris Desa Siarang-arang, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bagan Siapiapi, Manager CSR PT PHR yang hadir secara daring, perwakilan dari PT PHR, serta anggota tim dari RSF.

Seluruh peserta dipandu Wishnu Sukmantoro praktisi lingkungan yang sekaligus merupakan Manager Program RSF, Azwan sebagai Penyuluh Kehutanan UPT KPH Bagan Siapiapi, serta Defri Yoza akademisi dari Universitas Riau.

Wishnu menjelaskan, agroforestri dapat meningkatkan produktivitas lahan, ekonomi masyarakat dalam aspek ketahanan pangan, konservasi tanah dan air, keanekaragaman hayati, serta mitigasi perubahan iklim. Menurutnya, di Indonesia, praktik agroforestri merupakan bagian integral dari upaya pengelolaan lahan berkelanjutan yang menggabungkan pohon atau hutan dengan pertanian dan peternakan. Sistem ini telah diterapkan di berbagai daerah untuk meningkatkan produktivitas lahan, menjaga keseimbangan ekologi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sejak lama.  

Sebagai contoh, sistem tumpang sari atau intercroping di Jawa, banyak dilakukan di sekitar lerang gunung dimana petani menanam tanaman pangan seperti jagung, kacang-kacangan, atau sayuran di antara pohon-pohon keras seperti sengon (Paraserianthes falcataria) atau mahoni (Swietenia macrophylla). Pohon-pohon tersebut memberikan naungan dan mencegah erosi tanah di daerah yang berbukit, kemudian diimbangi dengan menanam kopi, kakao atau tanaman ekonomi lainnya.

Sedangkan di Sumatra, program agroforestri melibatkan masyarakat lokal dalam menanam pohon buah-buahan seperti durian, duku, dan rambutan, pohon yang diambil kayunya seperti sengon, mahoni atau kayu lamtoro bersama dengan tanaman karet atau kopi bahkan sayur sayuran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui diversifikasi produk.

"Untuk di Siarang-arang, Kelompok Tani Hutan memiliki target penerapan agroforestri, sistem yang akan dibangun di Siarang Arang memiliki kekhasan yaitu mengkombinasikan sistem agroforestri dengan penanaman jenis tanaman ekonomi disertai kegiatan rehabilitasi hutan dan kontrol perairan untuk peningkatan populasi ikan tangkapan di area tersebut. Inisiasi ini belum lama dilakukan masyarakat dalam skema perhutanan sosial dan teregister di KPH," jelas Wishnu.

Sementara dalam sambutannya, Pandjie Galih Anoraga Manager CSR PHR WK Rokan menuturkan, melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di pilar lingkungan, PHR berkomitmen untuk mendukung pelestarian kawasan hutan demi keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan yang lebih baik di wilayah KTH Siarang Arang. Lebih lagi, area ini berada di sekitar fasilitas hulu migas PHR.

"Melalui pelatihan agroforestri dalam naungan kegiatan Perhutanan Sosial, kami berharap pengelolaan area melalui peraktek sistem agroforestri memberikan nilai ekonomi dan ketahanan pangan bagi masyarakat, sekaligus memberikan perlindungan bagi ekosistem dan biodiversitas di area tersebut," tutup Pandjie.***

#Lingkungan

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index