Perkuat Kemandirian Pangan, BMKG-PTPN IV Regional III Gandeng Petani Literasi Iklim

Perkuat Kemandirian Pangan, BMKG-PTPN IV Regional III Gandeng Petani Literasi Iklim

Pekanbaru (Sangkala.id)-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Provinsi Riau bersama dengan PTPN IV Regional III, bagian dari Sub Holding PTPN IV PalmCo yang mengelola perkebunan kelapa sawit terluas di dunia menggandeng petani untuk meningkatkan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik 2024.

Kegiatan yang diikuti 100 petani mitra dan karyawan perusahaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi iklim di tengah tantangan perubahan iklim ekstrim global selama beberapa waktu terakhir.

Dengan begitu, Region Head PTPN IV Regional III Rurianto menerangkan petani dapat beradaptasi dan mampu mengelola informasi klimatologi dengan baik sehingga perencanaan dan produksi perkebunan yang dihasilkan lebih optimal.

"Kami berharap melalui kegiatan ini, baik karyawan kami maupun rekan-rekan petani plasma kita mampu lebih advance pemahaman tentang iklim sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi perubahan iklim ekstrim. Dengan begitu, tujuan pemerintah mewujudkan kemandirian pangan serta energi dapat tercapai," kata dia dalam keterangannya di Pekanbaru, Rabu (24/7/2024).

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Riau tersebut mengatakan bahwa perkebunan erat kaitannya dengan iklim. Industri perkebunan, kata dia, tidak sebatas hanya pada tanaman, namun, lebih jauh turut terkait dengan sumber daya manusia yang terus mengasah kemampuannya, termasuk dalam membaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

"Keberadaan PTPN adalah untuk tumbuh dan berkembang bersama petani. Rekan-rekan petani mitra bisa berproduksi yang sama dengan kita dan meningkat. Tugas kami sebagai mitra dan bapak angkat agar petani lebih sejahtera. Karena pengaruh iklim dan cuaca terhadap pertumbuhan tanaman sangat signifikan. Kalau tidak diantisipasi dengan treatment yang tepat, berpotensi menurunkan produksi, sehingag diberikan mitigasi agar perubahan iklim bisa dilakukan dengan lebih baik," urainya.

Secara keseluruhan, PTPN IV Regional III memiliki ribuan petani mitra dengan total areal perkebunan sawit mitra mencapai 56.000 hektare. Perusahaan secara berkelanjutan terus memperkuat kemampuan dan kapabilitas petani untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mitra melalui penerapan best practices. Kegiatan SLI Tematik ini menjadi satu dari beragam program kepada petani.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Riau, Viktor Edwar Hasiholan Sibuea menjelaskan bahwa SLI Tematik diselenggarakan berkat kolaborasi antara pemerintah, BUMN, akademisi, dan masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan penerapan informasi iklim di sektor perkebunan sawit.

"Kami selaku penyelenggara acara mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil sehingga terlaksananya acara Sekolah Lapang Iklim Tematik Tahun Anggaran 2024 Provinsi Riau ini," ujarnya.

Sekolah ini, lanjut dia, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta dalam menggunakan informasi iklim untuk kegiatan perkebunan sawit. Melalui program ini, BMKG ingin memastikan bahwa para peserta tidak hanya memahami informasi iklim yang diberikan, tetapi juga mampu menerapkannya secara efektif di lapangan.

Secara spesifik, tujuan dari kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik 2024 ini adalah para peserta mampu dan terampil mengidentifikasi dampak variabilitas iklim dan perubahan iklim terhadap pertumbuhan, produktivitas, dan kesehatan tanaman sawit. Selain itu, peserta dapat melakukan berbagai upaya antisipasi dan adaptasi terhadap adanya variabilitas ataupun iklim yang ekstrem.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa materi yang disampaikan pada sekolah lapang iklim tematik ini meliputi ekofisiologi kelapa sawit , bioenvironmental perkebunan kelapa sawit, manajemen perkebunan kelapa sawit, agroklimatologi, pengenalan informasi cuaca dan iklim serta standarisasi alat ukur cuaca dan kalibrasinya.

Kemandirian pangan dan energi saat ini menjadi atensi pemerintah. Sebelumnya presiden Joko Widodo menyebutkan jika saat ini dunia sedang dihadapkan krisis pangan akibat perubahan iklim ekstrim, baik itu musim panas dan kering yang panjang maupun gelombang panas. Untuk itu, ia meminta kepada seluruh pihak untuk bersama mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan.

"Ya ini kita tahu dunia sekarang sedang krisis pangan karena perubahan iklim, panas yang panjang, kering yang panjang, gelombang panas, dan kemandirian pangan, ketahanan pangan, kedaulatan pangan itu harus menjadi konsentrasi," ujar Jokowi dalam keterangan tertulis, Rabu (24/7/2024).***

#Lingkungan

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index