Sawit Berkelanjutan untuk Masa Depan

Sawit Berkelanjutan untuk Masa Depan

Pekanbaru (Sangkala.id)-Hamparan sawit muda tumbuh subur mengelilingi perkampungan asri di barat Bumi Pertiwi. Kumain, begitu nama desa itu dikenal. Sebuah desa yang layak menyandang percontohan tersebut berada di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Saat ini, ratusan petani sawit di desa itu tengah merasakan kebahagiaan yang tak biasa. Mereka, yang selama bertahun-tahun bekerja di ladang dengan keringat dan kesabaran, kini larut dalam euforia kebahagiaan.

Koperasi Produsen Makarti Jaya, yang menaungi mereka, baru saja mengantongi sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Sebuah pengakuan internasional yang menandai bahwa sawit yang mereka hasilkan telah memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.

Kian istimewa, sertifikat ini adalah yang pertama bagi petani di lingkungan Holding Perkebunan Nusantara III (Persero). Sebuah tonggak bersejarah yang bukan hanya untuk Makarti Jaya, tetapi juga untuk arah baru perkebunan rakyat di Indonesia.

"Rasanya puas, bahagia, terharu. Kerja keras setahun penuh akhirnya membuahkan hasil," ujar Hadiyanto, Ketua Koperasi Produsen Makarti Jaya, saat ditemui di sela-sela kunjungan Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV PalmCo Irwan Perangin-Angin, akhir pekan kemarin.

Irwan bersama puluhan petani sawit dari berbagai penjuru Indonesia hadir di Desa Kumain dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Petani Mitra Binaan PTPN IV PalmCo. Makarti Jaya menjadi salah satu destinasi kunjungan lapangan dalam pelatihan tersebut, selain Tani Sejahtera dan desa pengrajin besi Rumbio Jaya Steel.

Dalam kegiatan itu, Hardianto menyampaikan kepada Irwan yang didampingi Region Head PTPN IV Regional III Ahmad Gusmar Harahap dan SEVP Operation Sori Ritonga bahwa perjalanan menuju sertifikasi ini bukan perkara mudah.

Ia mengenang, proses itu dimulai sejak Mei 2024 dengan diawali dari pemetaan lahan dan identifikasi anggota. Setelah itu, koperasi melaksanakan serangkaian pelatihan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam praktik budidaya sawit berkelanjutan.

"Sejak Agustus 2024, kami rutin melakukan pelatihan dan praktik Good Agricultural Practices. Selanjutnya memasuki 2025, kami melaksanakan audit internal. Puncaknya, Mei kemarin, audit eksternal dilakukan, dan hasilnya luar biasa: zero major non-conformity. Tidak ada pelanggaran prinsip maupun kriteria RSPO," jelasnya dengan nada bangga.

Dalam proses panjang itu, ia tak lupa menyampaikan apresiasi kepada PTPN IV Regional III dan seluruh pihak yang telah memberikan asistensi penuh sejak awal. Termasuk Unilever dan Forum Komunikasi Purna Karya Perkebunan Nusantara (FKPPN).

"Kami sangat berterima kasih atas pendampingan yang diberikan. Tanpa pendampingan dan kepedulian, akan sulit bagi kami untuk bisa sampai pada tahap ini. Komitmen mereka luar biasa, benar-benar membimbing petani hingga akhirnya kami bisa mengantongi sertifikat RSPO ini," ujar Hadiyanto.

Meski telah meraih keberhasilan, pria murah senyum itu tak menutup mata bahwa tantangan yang mereka hadapi cukup besar. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya manusia.

"Mayoritas petani kami memiliki latar pendidikan yang  beragam. Jadi butuh kesabaran untuk membangun pemahaman tentang SOP, termasuk hal sederhana seperti penggunaan APD. Tidak semua bisa langsung menerima, tapi pelan-pelan kesadaran itu tumbuh,"  katanya.

Namun, ia percaya bahwa semangat gotong royong menjadi kekuatan utama.

"Dengan niat bersama, tantangan itu bisa kita lewati," tambahnya.

* Harapan Baru dari Rokan Hulu

Sertifikasi RSPO bukan hanya tentang akses pasar yang lebih luas atau peluang mendapatkan kredit dari sertifikat. Yang terpenting, katanya, adalah perubahan pola pikir petani.

“Sekarang saudara-saudara kami sudah tahu bagaimana berkebun yang baik. Produktivitas meningkat, penghasilan ikut naik. Sawit berkelanjutan bukan hanya jargon, tapi sudah jadi praktik nyata,” ujarnya.

Meski baru saja merayakan pencapaian besar, ia sadar pekerjaan belum selesai. Tantangan berikutnya justru menjaga konsistensi.

“Yang paling berat itu mempertahankan sertifikat. Selain itu, kami juga sedang merencanakan *replanting* untuk lahan sekitar 300 hektare yang sudah waktunya diganti tanaman baru. Itu akan jadi prioritas kami,” ungkapnya.

Selain replanting, koperasi juga berambisi memperluas unit usaha dan menambah jumlah anggota. Ia yakin, semakin banyak anggota yang bergabung, semakin berkembang pula koperasi.

“Orientasi kami sederhana: koperasi makin kuat, petani makin sejahtera. Kalau semua bekerja sama, saya optimistis kita bisa sukses bersama,” urainya.

Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV PalmCo Irwan Perangin-Angin menegaskan, keberhasilan Koperasi Makarti Jaya adalah bukti nyata bahwa sinergi antara perusahaan dan petani dapat menciptakan dampak besar bagi masa depan industri sawit nasional.

“Kami tidak hanya ingin petani produktif, tapi juga berdaya dan berkelanjutan. Sertifikasi RSPO ini menjadi simbol bahwa petani Indonesia mampu memenuhi standar global tanpa kehilangan jati diri lokalnya,” kata Irwan.

Ia menambahkan, PTPN IV PalmCo akan terus memperluas program pendampingan bagi koperasi mitra di seluruh Indonesia agar mampu mencapai sertifikasi serupa. “Target kami jelas: semua petani mitra binaan PalmCo dapat menerapkan praktik sawit berkelanjutan. Kami ingin petani kita tidak hanya ikut pasar, tapi memimpin perubahan,” ujarnya.

Irwan menambahkan, pencapaian Makarti Jaya menjadi inspirasi bagi seluruh entitas di bawah PTPN IV PalmCo, terutama dalam memperkuat kemitraan berkelanjutan dengan petani.

“Dari Kumain, kita belajar bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Ini bukan akhir dari perjalanan, tapi awal dari masa depan sawit Indonesia yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Irwan.

Sertifikasi RSPO bagi Koperasi Produsen Makarti Jaya adalah awal dari sebuah perjalanan panjang. Lebih dari sekadar pengakuan, ini adalah cerita tentang tekad petani kecil di pelosok Riau untuk membuktikan bahwa sawit Indonesia bisa dikelola dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Dari desa Kumain, harapan itu tumbuh: bahwa sawit berkelanjutan bukan hanya impian, melainkan masa depan yang kini semakin nyata.***