Kasus Malaria Meningkat di Sinaboi, Dinas Kesehatan Pastikan Obat Masih Tersedia

Kasus Malaria Meningkat di Sinaboi, Dinas Kesehatan Pastikan Obat Masih Tersedia

Rohil (Sangkala.id)-Lonjakan kasus malaria di Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada Sabtu lalu memicu perhatian serius dari pihak kesehatan setempat. Pemeriksaan menggunakan alat Rapid Diagnostic Test (RDT) mulai dialokasikan ke fasilitas kesehatan mikrosofis sesuai standar dari Kementerian Kesehatan.

RDT digunakan untuk mendeteksi parasit malaria dalam tubuh pasien secara cepat. Meski alat ini bukan yang paling akurat, penggunaannya menjadi alternatif saat kasus meningkat dan pemeriksaan mikroskopik tidak dapat dilakukan secara masif.

Kepala Puskesmas Sinaboi, dr Suherman, mengakui bahwa persediaan obat malaria sempat menipis. Namun, pihaknya tetap berupaya memberikan pelayanan maksimal. “Kalau dibilang obat tidak ada, semua pasien tetap kami layani dengan cepat dan baik,” ujarnya pada Rabu (27/8) sore.

Menurut Suherman, stok DHP tidak pernah kosong. Bahkan, pada Selasa malam, pihaknya menerima tambahan 100 kotak DHP dan 5 kotak RDT. “Kami prioritaskan pemeriksaan darah pasien agar penanganan lebih tepat,” tambahnya.

Untuk obat jenis Primakuin, Suherman menyebutkan bahwa stok tetap tersedia. Hanya saja, karena hari libur, pengambilan dilakukan dari tempat praktik pribadi. “Dokter bisa membeli obat jenis apapun, jadi pelayanan tetap berjalan meski pasien mencapai 30 orang per hari,” jelasnya.

Di sisi lain, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Rohil, dr Azzahrawani, M.Si, menjelaskan bahwa dana Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk penanganan malaria yang masuk ke rekening Dinas Kesehatan sebesar Rp594 juta. Dana tersebut dialokasikan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah disusun.

Terkait isu dana Rp4 miliar, Azzahrawani menegaskan bahwa pihaknya tidak mengetahui detailnya. “Mungkin saja dari angka itu dibagi ke OPD lain yang juga menangani malaria,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Dinas Kesehatan tidak diperbolehkan membeli obat malaria secara langsung karena seluruh obat berasal dari Kementerian Kesehatan. “Untuk survei MBS, kami menggunakan alat RDT dan pembeliannya dilakukan melalui dana BTT,” jelasnya.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Rohil, Afridah, menambahkan bahwa ketersediaan obat malaria di wilayahnya masih mencukupi. “Walaupun statusnya tanggap darurat malaria, obat tetap tersedia,” katanya.

Menurut Afridah, obat malaria merupakan bagian dari program nasional dan tidak dijual bebas. Baik DHP maupun Primakuin hanya bisa diperoleh melalui jalur resmi dari Kemenkes.

Pemeriksaan malaria idealnya dilakukan dengan mikroskop. Namun, karena lonjakan kasus, RDT digunakan sebagai alternatif. “Yang paling akurat tetap mikroskop, tapi RDT membantu saat kasus melonjak,” ujarnya.

Pemberian obat malaria dilakukan hanya kepada pasien yang terbukti positif. Data pasien harus diinput ke sistem, dan dosis obat disesuaikan dengan berat badan masing-masing.

“Alhamdulillah, ketersediaan obat masih aman. Tahun 2023 tercatat 2.700 kasus malaria, turun menjadi 2.400 pada 2024. Tahun ini juga menunjukkan tren penurunan,” ungkap Afridah.

Namun, ia mengakui bahwa pada tahun 2025, Kecamatan Sinaboi mencatatkan kasus malaria tertinggi di Kabupaten Rohil. Lingkungan yang kotor disebut sebagai salah satu penyebab utama.

Sinaboi bahkan melampaui Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) yang sebelumnya menjadi wilayah dengan kasus tertinggi. “Tahun ini, Sinaboi mengalahkan Palika dalam jumlah kasus,” katanya.

Status tanggap darurat malaria resmi diberlakukan di Sinaboi. Pemerintah Kabupaten Rohil telah mengalokasikan dana BTT untuk penanganan, meski Dinas Kesehatan hanya menerima sebagian kecilnya.

Dari Januari hingga Agustus 2025, tercatat 1.394 kasus malaria di Rohil. Sinaboi menjadi penyumbang terbanyak, terutama dalam tiga bulan terakhir.

Afridah mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. “Jangan keluar rumah jika tidak perlu. Jika terpaksa, pakailah pakaian berlengan panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk,” pesannya.

Upaya pencegahan dan edukasi terus digencarkan oleh Dinas Kesehatan. Masyarakat diharapkan turut menjaga kebersihan lingkungan demi menekan penyebaran malaria di wilayah Sinaboi dan sekitarnya.***(zal)