Air Mata di Rumah Khadijah, Ketika Bupati Kampar Hadir di Tengah Genangan Banjir

Air Mata di Rumah Khadijah, Ketika Bupati Kampar Hadir di Tengah Genangan Banjir

Kampar (Sangkala.id)-Desa Silam pagi itu masih basah. Sisa hujan semalam meninggalkan genangan di mana-mana, aroma lumpur lembap menyeruak dari halaman rumah warga.

Di sebuah rumah sederhana yang dindingnya mulai lapuk dimakan usia, Khadijah (72) duduk di kursi kayu, menatap air setinggi lutut mengisi ruang tamunya.

Tiba-tiba suara langkah dan sapaan lembut memecah suasana. "Assalamualaikum, Ibu…" Suara itu milik Bupati Kampar Ahmad Yuzar, yang datang bersama Wakil Bupati Dr. Misharti. Lansia itu sempat terpaku, lalu perlahan berdiri sambil menahan tangis.

"Saya tidak sangka, Pak Bupati datang ke rumah saya yang kebanjiran. Saya merasa tidak sendiri," ucap Khadijah, dengan mata berkaca-kaca.

Air mata Khadijah menjadi saksi bagaimana pemimpin daerah itu menembus genangan air demi melihat langsung kondisi warganya. Tanpa jarak, tanpa formalitas.

Banjir di Desa Silam datang mendadak pada malam hari. Air Sungai Silam yang meluap merendam 55 rumah warga, termasuk milik Khadijah. Banyak warga panik, terutama para lansia dan keluarga dengan anak kecil.

Ahmad Yuzar mengaku kedatangannya bukan sekadar meninjau, tapi untuk memastikan warga tidak merasa ditinggalkan.

"Kami hadir bukan hanya membawa bantuan, tapi membawa kepedulian. Pemerintah tidak boleh berjarak dari rakyat," tegasnya.

Bupati menyerahkan bantuan makanan siap saji dan kebutuhan pokok, serta memerintahkan BPBD dan aparat kecamatan tetap siaga di lokasi.

Wakil Bupati Misharti mendekati Khadijah dan menggenggam tangannya. "Musibah ini berat, Bu. Tapi tidak boleh dijalani sendirian. Kami di sini untuk menemani," katanya penuh empati.

Kehadiran Misharti yang dikenal dekat dengan masyarakat itu membuat suasana makin hangat. Beberapa warga, termasuk Jufrizal (32), mengaku tersentuh.

"Kami bersama empat anak tinggal di rumah ini. Bupati dan Ibu Wakil datang langsung, itu luar biasa. Kami merasa diperhatikan," ujarnya.

Di luar rumah Khadijah, para petugas BPBD sibuk menyalurkan bantuan. Dandim 0313/KPR Letkol CZI Satriady Prabowo dan Camat Kuok Intan Monilka turut mendampingi kunjungan tersebut.

"Tim terus membantu warga, terutama lansia dan anak-anak. Kami masih pantau kondisi sungai," jelas Intan.

Hujan mungkin telah reda, tapi hari itu meninggalkan kesan mendalam bagi warga Silam. Di tengah genangan banjir, mereka menyaksikan wujud nyata kepemimpinan yang hadir — bukan hanya dengan bantuan, tapi dengan hati.

Dan di rumah kecil milik Khadijah, air mata yang jatuh pagi itu bukan lagi air mata ketakutan, melainkan air mata haru dan kekuatan.***(Feb)

#Rakyat

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index